#MyPaper3


On Singgalang 01 Maret 2012


Diversifikasi Pangan Sekarang!
Vioni Derosya Penerima Beasiswa Unggulan Beasiswa Unggulan dari Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012
One day no rice adalah sebuah kampanye yang sedang dilakukan oleh Walikota Depok, Jawa Barat pada bulan Februari ini. Setiap hari Selasa, kantin di kantor Walikota Depok mengganti menu nasi dengan kentang atau singkong. Di stiker para pedagang pun tertulis ajakan untuk tidak makan nasi untuk satu hari. Kampanye ini dilakukan oleh Pemerintahan Daerah Kota Depok sebagai tindak lanjut perintah Gubernur Jawa Barat yang juga sesuai dengan aturan pemerintah pada PP 22 tahun 2009 tentang kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.  Semua ini berkaitan erat dengan tingginya jumlah konsumsi beras di Indonesia.
Tingginya jumlah konsumsi beras terjadi akibat selama lima dasawarsa terakhir, Indonesia menjadikan beras sebagai satu-satunya sumber makanan pokok. Bahkan menurut Menteri Perindustrian, MS Hidayat pada acara Jakarta Food Security Summit awal bulan ini memaparkan1 tingginya konsumsi beras di Indonesia mengalahkan jumlah beras yang dikonsumsi Thailand dan Malaysia. Akibatnya, impor beras yang menjadi bukti ketidakmampuan dalam ketahanan pangan terpaksa dilakukan.
Kampanye One day no rice yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok merupakan ajakan untuk berdiversifikasi pangan. Artinya menganekaragamkan pangan selain beras dengan seumber pangan hasil pertanian lokal. Indonesia yang merupakan negara agraris tentu memiliki banyak pilihan untuk berdiversifikasi. Tanaman lokal penghasil karbohidrat selain nasi adalah jagung, sagu, kentang, singkong, umbi-umbian, pisang dll. Sebut saja singkong, Indonesia merupakan penghasil kelima terbesar singkong di dunia dan sekitar 50% hutan sagu dunia ada di Indonesia.
Selain beras, Indonesia juga banyak mengkonsumsi olahan dari terigu seperti mie dan roti. Tapi, makan mie atau roti tidak terhitung berdiversifikasi pangan karena gandum bukanlah tanaman lokal Indonesia. Walaupun Indonesia punya sendiri pabrik pengolah terbesar di Asia, kita harus mengimpornya dari Australia. Impor gandum dan impor beras sama saja efeknya:  melemahkan ketahanan pangan dan menguras pemasukan negara. adapun pangan lokal yang dapat mensubsitusi terigu adalah mocaf. Mocaf adalah tepung singkong modifikasi yang saat ini mulai marak diproduksi dan digunakan oleh beberapa produsen kue, roti, mie dan snack.  
Untuk berdiversifikasi pangan tentu saja mindset negatif tentang ‘makan singkong itu orang miskin’ atau ‘tidak makan nasi itu belum makan’ perlu dihilangkan. Tidak ada rasa segan yang ditunjukkan oleh para pegawai Pemkot Depok saat makan siang dengan kentang atau singkong2. Begitu pula dengan para penjual di lingkungan Pemkot Depok, mereka berpendapat tidak ada masalah untuk mengganti nasi dengan singkong atau kentang yang penting ada dukungan dari Pemerintah.
Selain itu, peran pemerintah juga perlu dalam melaksanakan seruan diversifikasi pangan ini. Mampukan Pemda Sumatera Barat meniru langkah baik Pemda Jawa Barat dan Pemkot Depok khususnya? Siapakah Pemda pertama yang berani menerapkan diversifikasi pangan ini di lingkunganya? Kampanye seperti ini dan atau mendorong usaha pengolahan pangan berbasis non beras tentunya sangat mendukung penerapan PP no 22 tahun 2009 ini. Mari kita tunggu. Diversifikasi pangan berbasis pangan lokal perlu dilakukan segera agar impor beras dan terigu dapat hentikan sekaligus menghidupkan petani lokal kembali.
1 Kompas 07 Februari 2012
2 Metro TV 21 Februari 2012

Comments

Popular Posts