2nd Historical Visit: Istana Negara & Istana Merdeka
11 July 2010 to Istana Negara dan Istana Presiden
Untuk masuk Istana Negara dan Istana Merdeka yang buka tiap sabtu dan minggu, pertama kita harus daftar dulu ke Sekretaris Negara, baru dari sana ntar diantar pake bus ke bagian Komplek Istana Negara dan Istana Merdekanya. Berhubung dari komuter Kereta Api dari Bogor, rencana awal kita turun di Gambir, eh tapi lupa kalo komuter KA AC Ekonomi brenti tiap stasiun kecuali stasiun Gambir, yasudahlah, Juanda punn tak papa kan naek busway. Nah, karena tadi daftarnya musti di Setneg, naik busway gak strategis bgt, turun di Harmoni atawa Pecenongan sama jauhnya ke Jalan Majapahit, alhasil, kita betiga udah kucel masuk istana-secara mahasiswa tanpa kendaraan pribadi. Buat menghibur diri, kita foto-foto di pinggir jalan. Tampak dari luar, daerah sekitar Istana Negara dan Merdeka ini, tidak jauh berbeda dengan Istana Bogor yang dikelilingi pohon besar, jadilah fotonya mirip kalo ngambil di pinggir jalan Istana Bogor.Saat masuk, kita betiga melewati sensor seperti di bandara (duh namanya apa lupa) trus diliat kita datang salah kostum apa nggak. Maksudnya, berpakaian resmi atau tidak. Ya, untuk amannya keliatan para pengunjung pada berbaju kemeja batik, bawahan hitam, dan bersepatu kulit. Dari sana baru ke tempat pendaftaran, (uh bapaknya udah rada capek), KTP/KTM bakal ditukar sama kartu pengenal, tas dititip, menunggu giliran naik bus, dan nonton sejarah istana sebentar. Dari sekitar 75 orang yang ada kita dibagi jadi 3 kelompok yang akan dipandu oleh kakak kakak dari Angkatan Bersenjata RI. Kita betiga kebagian kakak dari Angkatan Laut. Jalan masuk Istana Merdeka terdapat masjid yang dibuka untuk umum tiap jumat, namun sayang sedang diperbaiki. Oleh guide tour, kita diajak mengunjungi Istana Merdeka terlebih dahulu, yaitu istana yang menghadap Monas.
Ei baru sadar kalo, ada 2 istana, yaitu Istana Negara, tempat tinggal presiden, terletak di belakang Istana Merdeka, yang digunakan untuk menerima tamu, delegasi, dan press conference. Keduanya dipisahkan oleh sebuah taman yang juga ditumbuhi oleh pohon berusia 180 tahun dan beberapa pohon lain. Hehe yang uniknya ada sukun Aira, jadi Bu Ani bakal nanam pohon tiap kelahiran cucunya. Nahhh, yang paling menarik tuh sebenarnya tamannya, sayang gak bebas foto-foto seperti di Istana Bogor, walopun udah di tamannya. Salah satu yang bagus itu adalah patung pertapa tua yang diukir dari kayu jati, dan tentu saja peninggalan Soekarno, patung perempuan tanpa busana, huph.
Tapi dibandingkan Istana Bogor, alur tur Istana Merdeka lebih terarah, ada guide yang nemenin sampai akhir perjalanan, namun ya itu, banyak spot bagus untuk foto, tapi gak bisa foto. Jadilah foto di dalam istana cuman satu, yaitu foto ala menteri gitu. Di dalam Istana pun, bertebaran keramik dan porselen Cina serta lukisan dan tentu saja lampu gantung import dari Ceko yang bobotnya setengah ton. Wew, coba Istana Negara di Padang, abis tuh lampu kristal kena gempa. Hari itu, kita serombongan sama guru guru dari Subang n pengajian majelis taklim gitu- yang saya duga melanjutkan peringatan Isra Miraj nya dengan jalan2 ke Istana. hheheheh
Keluar dari Istana, ternyata kita termasuk rombongan trakir sebelum istirahat siang. Kita sholat dulu n ngambil foto - yang kurang seru karena cuman betiga, tau gini ngajakin dari jauh2hari deh – baru dengan perut lapar menuju busway yang dari Monas-sama jauhnya kalo ke sawah Besar- bener deh kalo naik busway gak strategis- menuju hari trakir pesta buku di Senayan. Dan salah turun lagi, kan lebih dekt kalo turun di Polda tuh, tapi gara-gara kecil suaranya si busway, kita turun di Gelora Bung Karno deh, ah beneran jalan2 ini….
Comments
Post a Comment